Di tengah pandemi Covid 19 ekspor alas kaki Indonesia mengalami peningkatan, padahal dinegara-negara lain justru terjadi penurunan. Untuk itu pemerintah diharapkan bisa lebih membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, mengingat industri alas kaki cukup membantu perekonomian negara walaupun dimasa pandemi, hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum APRISINDO Budiarto Tjandra dalam rapat virtual dengan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag Didi Sumendi tanggal 16/6/2021.
Pada periode Januari-Juli 2020 ekspor alas kaki naik sebesar 10,55% atau menjadi 2,86 USD milyar dari realisasi Januari-Juli 2019 sebesar 2.58 USD milyar. Pada tahun 2021 trand masih mengalami kenaikan dan diperkirakan akan lebih bertambah dengan adanya ekspansi dan investasi baru pabrik di Jawa Tengah, seperti di Brebes, Jepara, Pati, Rembang, Temanggung dan daerah lainnya. Sehingga target ekspor alas kaki ditahun 2021 sebesar 5,3 USD milyar akan dapat tercapai. Bahkan bisa lebih jika pemerintah bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi industri alas kaki. �ungkap Budiarto�.
Lebih lanjut Budiarto menyampaikan, beberapa permasalahan yang dihadapi industri alas kaki saat ini diantaranya adalah; Pertama. Masih sulitnya kontener untuk kegiatan ekspor dan impor, sehingga cukup menghambat pengiriman barang maupun pengadaan bahan baku impor, hal ini akan menambah cost perusahaan, Kedua. Untuk proses produksi kita masih mengandalkan impor bahan baku yang mencapai 60 – 70 %, sementara Vietnam sebagai negara competitor Indonesia, bahan baku dari lokal,
Ketiga. Masalah Covid 19, hal ini sangat mengganggu industri alas kaki yang merupakan padat karya.
Untuk itu pemerintah bisa mempriortaskan pengadaan vaksinasi , khususnya dizona merah, karena jika ada yg terpapar akan mengganggu proses produksi, Keempat. Perijinan-perijinan didaerah untuk pembangunan pabrik masih terkendala, Kelima. Dengan diterapkannya safeguard impor tekstil, sebagai salah satu bahan baku alas kaki mengakibatkan bahan baku lebih mahal, Keenam. Tariff BM ekspor alas kaki ke Uni Eropa yang masih tinggi, Vietnam sebagai negara pesaing Indonesia sudah ada perjanjian EU-CEPA dengan Uni Eropa sehingga tarif BM sudah 0 %,sedangkan Indonesia belum ada perjanjian padahal Eropa merupakan negara potensial untuk ekspor alas kaki Indonesia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi menyampaikan, sektor alas kaki diharapkan menjadi tulang punggung ekspor non migas Indonesia. Mengingat dikala semua sektor terjadi penurunan ekspor karena masa pandemi covid 19, namun justru untuk sektor alas kaki terjadi peningkatan ekspor, ini suatu capaian yang luar biasa, �ungkapnya�.
Lebih lanjut Didi menyampaikan, saat ini beberapa peluang untuk industri alas kaki yang dapat untuk meningkatkan ekspor, diantaranya; Permintaan Global, sepatu olah raga terjadi peningkatan permintaan di masa pandemi; Trand digitalisasi, yakni melalui pemanfaatan e-commerce untuk promosi dan pemasaran; Penyederhanaan proses ekspor dan percepatan penerbitan perijinan; serta adanya perjanjian kerjasama internasional yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong ekspor alas kaki, seperti IA-CEPA, AC-FTA, AK-FTA. Pada tahun 2021 ini kementerian perdagangan menargetkan ekspor alas kaki, untuk pesimis 5,3 USD milyar, sementara capaian optimis dikisaran 5,4 -6 USD milyar, lanjut Didi.
Discussion about this post